Rabu, 14 April 2010

Koleksi Anggrek Bulan

Bagi pehobi anggrek, nama anggrek bulan tentu tak bisa diabaikan begitu saja. Sebagai salah satu jenis anggrek Indonesia, anggrek bulan telah memikat hati para penggemar anggrek. Kepopulerannya bahkanmerambah pada kalangan pemula hingga awam sekali pun. Wajar saja, anggrek yang punya nama Latin Phalaenopsis amabilis ini punya sejuta pesona yang mengundang decak kagum. Lihatlah keindahan itu pada sosok bunganya yang putih bersih. Mau tak mau, bunga ini pun menyentuh tataran seni dan estetika para seniman, hingga menjadi inspirasi sebuah lagu, relief candi, motif batik, sampai kreasi motif gagang keris.
Anggrek bulan bukan saja punya warna bunga yang putih bersih, tetapi juga memiliki untaian yang tersusun sempurna dan proporsional. Plus warna bibir bunga kuning menyala. Dari segi ukuran, anggrek ini tergolong di atas rata-rata. Berkat semua keunggulan dan kecantikan tadi, tak mengherankan jika pemerintah Indonesia menobatkan anggrek bulan sebagai ”Puspa Pesona”.
Tampaknya, beberapa alasan yang sama membuat hati Lily Turangan tergelitik menekuni hobi koleksi anggrek bulan ini. Ibu berusia 57 tahun ini memang gemar berurusan dengan dunia flora. ”Sejak tahun tujuh puluhan, saya memang senang mengoleksi anggrek. Bukan cuma merawatnya saja, tapi saya juga mengembangbiakkan anggrek-anggrek itu,” ujarnya sembari tersenyum.
Pemilik kebun wisata Pasirmukti itu melanjutkan cerita, ”Saya jatuh cinta dengan dunia tumbuhan, khususnya anggrek karena latar belakang saya sebagai lulusan pertanian. Kalau sudah mengurusi anggrek-anggrek itu saya bisa jadi lupa waktu.” Tentu didukung background pertanian tadi, Lily pun memutuskan untuk ”terjun bebas” dalam dunia anggrek. ”Apalagi, waktu itu anak-anak saya sudah menjelang dewasa. Jadi sebagian besar waktu bisa saya curahkan di sini (menunjuk kebun anggrek miliknya).”
Sebagai langkah awal, ia coba mengembangkan anggrek dari jenis Dendrobium. Lama-kelamaan, wanita ramah ini mulai tertarik untuk menanam beberapa anggrek bulan. Akhirnya, koleksi Lily terus bertambah. ”Dulu, saya pikir untuk merawat anggrek bulan itu sulit. Tetapi (setelah dilakoni) ternyata untuk merawatnya sama saja seperti Dendrobium. Kuncinya, asalkan anggrek ini cocok untuk hidup di tempat itu,” ucap ibu yang masih tetap lincah dan berenergi itu.
Hal yang sama juga dialami Fanny Abdullah, 45 tahun. Ibu tiga anak ini mengaku jatuh cinta pada anggrek bulan, karena tanaman ini tergolong istimewa. ”Bunga anggrek ini punya kelopak yang besar. Satu tangkainya bisa diisi 20 kuntum bunga sekaligus,” ucap pehobi anggrek yang juga pemilik kios anggrek di kawasan Senayan ini. Yang pasti anggrek bulan bisa berbunga sepanjang tahun. ”Dia kan tak kenal musim untuk berbunga,” katanya.

Sabar dan Telaten

Walau punya cara perawatan yang tak berbeda dengan jenis anggrek lainnya, untuk membuat anggrek bulan terlihat cantik tetap saja butuh kesabaran dan ketelatenan. Plus mengetahui karakter tanaman yang kita koleksi. ”Paling tidak kita tahulah frekuensi penyiraman, pemupukan dan penggantian media tanam yang tepat. Serta jangan lupa untuk merawatnya dari serangan hama penyakit,” ujar Hadi Iswanto, ahli anggrek dari Forum Kerjasama Agribisnis, sebuah lembaga manajemen agribisnis. Fanny pun mengaku tak masalah dengan perawatan anggrek ini. ”Yang penting jaga saja dia dari kelembaban yang berlebihan.” (baca : Cermat Merawat, Anggrek Bulan Tumbuh Sehat).
Lily tak menyangkal hal itu. Katanya, bila merawat anggrek bulan dengan asal-asalan, jangan harap akan tumbuh sehat. Kalau sudah begini, anggrek itu pun takkan mengeluarkan bunga yang cantik. Dan frekuensi berbunga pun menurun drastis. Tak lagi berbunga sepanjang tahun.
Padahal ukuran kepuasan dalam hobi anggrek ini terletak pada kemampuan anggrek mengeluarkan bunga dengan kontinyu. Siapa yang tak senang bila sudah merawat sejak kecil hingga bisa menelurkan hasil seperti itu. ”Ya, kalau sudah bisa berbunga, rasanya semua jerih payah kita terbayar. Wah, pokoknya sebuah kepuasan batin yang tak ternilai harganya,” kata Lily dengan gaya seperti orang bersyukur kepada Tuhan. Lantas, ia juga mengingatkan, bunga yang dihasilkan tadi, bukan sembarang bunga. Bunga yang nongol itu punya warna cerah dan tumbuh sehat. Urusan kualitas bunga itu bisa jadi tolok ukur, mana pehobi yang menanam secara asal-asalan dengan kolektor serius.
Dari situ, rasa puas tak mandek begitu saja. Akan lahir pula rasa penasaran. ”Maksudnya begini, saya kan sudah punya anggrek yang berwarna ini, kenapa saya tak silangkan dengan anggrek bulan untuk mendapat keturunan baru. Tentu akan dihasilkan warna dan jenis lain kan. Kalau warna sudah banyak, biasanya saya mencari bentuk bunga yang lain dan unik,” papar Lily panjang lebar. Dengan begitu, ia pun memasuki wilayah kawin-mawin antarberagam jenis anggrek. Jadi tak terbatas anggrek bulan saja. Akhirnya, Lily mencari pehobi lain yang punya koleksi anggrek. Lalu terjadilah aksi barter. ”Banyak orang yang memelihara anggrek, tapi sayangnya tak semua orang tulus dan mau terbuka dalam memberi informasi,” keluhnya dengan nada serius.



Sering Salah

Awam acap kali salah mengartikan Phalaenopsis sebagai anggrek bulan. Padahal, anggrek bulan hanyalah salah satu spesies dari genus Phalaenopsis. Dalam genus ini terdapat 40 sampai 60 spesies. Jumlah varietasnya sekitar 140 jenis, enam puluh di antaranya ada di negara kita.
Nama Phalaenopsis berasal dari bahasa Yunani, yaitu phalaenos dan opsis. Phalaenos itu berarti ngengat atau kupu-kupu. Sedang opsis artinya bentuk atau penampakan. Pada tahun 1825, Blume – seorang ahli botani asal Belanda, menamakan genus anggrek ini dengan Phalaenopsis. Nama itu muncul karena saat pertama kalinya berjumpa di dalam hutan, ia mengira telah melihat sekawanan kupu-kupu putih yang tengah hinggap pada sebatang ranting.
Phalaenopsis amabilis (L.) Blume itu dianggap punya peran penting dalam genus Phalaenopsis. Sebagai induk, Phalaenopsis mampu ”menelurkan” pelbagai keturunan atau hibrida. Selain itu, anggrek jenis ini mampu berbunga sepanjang tahun. Rata-rata masa berbunganya selama satu bulan.
Di Indonesia, Phalaenopsis amabilis pertama kali dijumpai di Ambon, Maluku oleh GE Rumphius pada 1750. Lalu anggrek temuannya itu diberi nama Angraecum album-majus. Kita sendiri mengenal beberapa nama untuk jenis ini, seperti anggrek menur (Jawa Barat), anggrek terbang (Maluku) dan anggrek wulan (Bali). Tapi nama paling populer adalah anggrek bulan.
Anggrek bulan hidup dalam hutan hujan tropis yang teduh dan lembab. Wilayah penyebarannya cukup luas. Dari Sumatera Barat ke arah selatan, seluruh Jawa, Kalimantan termasuk Serawak, Brunei Darussalam dan Sabah. Di Filipina, anggrek mirip kupu-kupu ini ditemukan di Kepulauan Mindanao bagian selatan. Ke arah timur anggrek yang satu ini bisa dijumpai di Bali, sebuah Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua, termasuk Papua Nugini.
Dengan kawasan sebaran sangat luas yang diikuti dengan variasi angroklimat berbeda-beda, variasi bentuk dan ukuran bunga anggrek berjuluk butterfly orchid ini sangat beragam. Namun perbedaan bentuk dan ukuran kuntum bunga belum tentu merupakan ciri dari sebuah varietas tersendiri.
Kata Lily, untuk membedakan anggrek bulan dengan jenis lainnya, cara paling gampang melihat ciri fisik tanaman. Coba saja amati bentuk akar, batang, daun dan bunga. Dari situlah kita bisa mengidentifikasi perbedaan karakteristik anggrek ini. Bahkan sebagian penamaan genus anggrek merujuk pada bentuk bunganya.
Secara umum, susunan bunga anggrek bulan tak jauh beda dengan anggrek jenis lain. Bunga itu tersusun menurut pola baku. Sebuah sepala atau kelopak bunga dan tiga buah petala atau tajuk bunga. Ukuran kelopak bunga anggrek bulan rata-rata lebih kecil atau hampir sama dengan tajuk bunganya. Bibir bunga punya tiga penutup, yaitu penutup samping, sejajar dengan tiang bunga dan penutup tengah yang terkadang berbulu halus.
Menurut Hadi, daun anggrek bulan memiliki warna hijau dengan tekstur tebal dan berdaging. Ini berfungsi sebagai penyimpan air dan cadangan makanan. Lebar daun rata-rata 5 – 10 cm. Pertumbuhan batang anggrek bulan bersifat monopodial. ”Artinya, meninggi atau vertikal pada satu titik tumbuh dan terdiri dari hanya satu batang utama. Bunga keluar dari sisi batang di antara kedua ketiak daunnya,” ujar lelaki yang sempat bekerja paruh waktu di Perhimpunan Anggrek Indonesia itu.
Di habitat aslinya, kata Hadi, anggrek bulan hidup epifit. Akarnya menempel pada batang atau dahan tanaman lain. Biasanya akar yang menempel itu mengikuti permukaan batang tempatnya menempel. Akarnya nyaris tak berambut. Di sini, terdapat jaringan velamen. Fungsinya memudahkan akar menyerap air hujan yang jatuh pada kulit pohon inang. Jaringan ini juga bertugas sebagai alat pernapasan anggrek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar